Perkembangan teknologi internet yang semakin pesat menghadirkan Internet of Things (IoT) yang menjadi penghubungantara aneka hal produk, layanan, tempat, alat, dan lain-lain dan manusia berkat teknologi internet dan berbagai sarana digital.
IoT adalah hubungan antara aneka hal produk, layanan, tempat, alat, dan lain-lain dan manusia berkat teknologi internet dan berbagai sarana digital. Dengan kata lain, dalam IoT kita bisa menghubungkan bermacam alat dengan koneksi internet, baik itu alat rumah tangga, mesin industri pabrik dan kendaraan bermotor.
Ada bermacam sensor untuk IoT, misalnya sensor yang memonitor cahaya, temperatur, sentuhan, gerak, kelembaban udara, kelembaban tanah, alkohol, asap, detak jantung, ultrasonik, hujan, aliran air, dan sebagainya tergantung dari kebutuhan.
sumber gambar canvapro awalpermata
Mikrokontrollernya juga bermacam sesuai kebutuhan kita, ada Arduino, ada Node MCU, ada juga sebangsa mikro computer seperti raspberry pi, dan banyak juga kloningnya. Dan dibutuhkan pemahaman pemrograman yang mendukung misalnya phyton untuk raspberry dan bahasa pemrograman C.
IoT memungkinkan kita memantau banyak hal dengan cara yang belum pernah bisa dibayangkan sebelumnya, jaman dulu kita tidak bisa membayangkan alat-alat bisa terhubung dengan internet dan bisa dimonitor.
Salah satu aplikasinya misalnya di bidang pertanian. Dengan aneka sensor dan kamera yang terhubung ke internet, petani bisa memantau area yang sangat luas dengan sedikit atau bahkan tanpa tenaga kerja. Kita bisa memonitor cuaca, tingkat kelembaban dan suhu juga keasaman tanah di setiap petak sawah atau kebun dari waktu ke waktu.
sumber gambar canvapro awalpermata
Dengan IoT, semua data dari sensor dan kamera ini dikirim lewat internet ke software pengolahan data. Tanpa perlu mendatangi area kita bisa menentukan area mana yang perlu disemprot herbisida dan seberapa banyak, area mana yang perlu lebih banyak air atau pupuk, mana yang perlu dibersihkan dari tanaman liar, dan sebagainya.
Berasal dari keresahaan terhadap banyaknya nelayan yang kehilangan pekerjaannya dari budidaya ikan kerapu di Situbondo, Jawa Timur dan juga melihat potensi budidaya lobster di Indonesia yang belum tergarap dengan maksimal dan punya sejumlah kendala, akhirnya Hendra mengembangkan Lobstech.
Selama dua tahun penelitian, Hendra dan rekannya bisa membuat sebuah kotak sensor berbasis Internet of Things (IOT) untuk mengontrol kualitas air. Kotak itu ditaruh di keramba, lalu disambungkan ke aplikasi lobstech di komputer milik Hendra. Para nelayan pun bisa memantau juga dengan aplikasi di telepon genggamnya masing-masing.
Dengan teknologi Lobstech berbasis IOT, produksi lobster bisa meningkat 50 persen. Waktu pembesaran lobster bisa dihemat setengahnya, menjadi 3 bulan untuk sekali panen. Beratnya pun bertambah, karena dengan sistem itu, berat 100 gram bisa didapat dalam waktu 1 bulan dari sebelumnya sekitar 8-10 bulan.
sumber gambar booklet satu indonesia awards
Awalnya, hanya beberapa nelayan yang mau bekerja sama dengan Hendra. Karena melihat skema itu, dan dengan sistem sensor yang dibuat bisa mempercepat pertumbuhan lobster, para nelayan pun berbondong-bondong mendaftar dan bekerja sama.
Kini Hendra sedang melakukan penjajakan dengan sebuah perusahaan dari Jerman untuk mengembangkan sensor yang tingkat akurasinya lebih tinggi. Kedepannya Lobstech ingin teknologinya dipakai oleh nelayan maupun pembudidaya lobster di seluruh Indonesia. Karena, nantinya sistem teknologinya akan lebih ditingkatkan, dan bisa menyesuaikan dengan seluruh perairat laut di Indonesia.
Tak terbayangkan bagaimana nanti lima tahun atau 10 tahun kedepan yang akan menyambut teknologi generasi kelima, dimana 5G sudah berjalan dan diterepakan ke setiap pelosok negeri, semua akan lebih canggih lagi, kita harus bersiap diri dan belajar terus, kita bisa maju walau tanpa modal asal bisa memanfaatkan teknologi dan skill yang kita dimiliki, karena akses internet yang semakin mudah dan semakin terjangkau.
Leave a comments