Blog - April 11, 2020

Mencegah Pneunomia Dengan Gaya Hidup Sehat

Pneumonia pada anak  merupakan  infeksi saluran pernapasan  yang serius. Kejadian pneumonia pada anak secara fundamental berbeda dengan kejadian pneumonia pada orang dewasa. Pneumonia pada anak merupakan pembunuh utama balita di negara-negara berkembang. Pneumonia menyumbang 21% kematian pada balita di negara-negara berkembang.

Tingkat kematian balita di negara berkembang berkisar antara 60-100 per 1000 kelahiran hidup,  dan  seperlima  dari  kematian  ini disebabkan  oleh  pneumonia.  setiap tahunnya diperkirakan sebanyak 1,9 juta balita didunia meninggal dunia akibat pneumonia. Setengah dari kematian balita tersebut terjadi di Afrika. Sedangkan di Amerika dan Eropa yang merupakan negara maju, angka kejadian pneumonia masih tinggi, diperkirakan setiap tahunnya 30-45 kasus per 1000 anak pada umur kurang dari 5 tahun (balita).

Pneumonia merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi kedua setelah diare pada balita. Hal ini menunjukkan bahwa pneumonia menjadi masalah kesehatan masyarakat utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian pada balita di Indonesia. Kejadian pneumonia pada balita di Indonesia diperkirakan 10% sampai 20% berakibat kematian setiap tahun. Secara teoritis penderita pneumonia akan meninggal bila tidak diberikan pengobatan secara optimal.

Penyakit saluran napas akut dapat terjadi di semua bagian paru dari bagian tengah ke hidung lalu ke bagian paru. Pneumonia merupakan bagian dari pernapasan bagian bawah dan yang sering mengalami infeksi terutama bagian paru. Anatomi bagian paru terdiri dari saluran (bronkhi) yang kemudian dibagi2 (dua) menjadi saluran yang lebih kecil (bronkhioles), dan akan berakhir di bagian kantung yang kecil (alveoli). Alveoli ini akan terisi oksigen yang memberikan tambahan  ke  darah  dan  karbondioksida  dibersihkan.

Ketika  seorang  anak menderita pneumonia, didalam alveoli terisi pus dan cairan, sehingga menganggu pertukaran gas di alveoli, hal ini mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan dalam bernapas. Salah satu infeksi saluran napas akut sedang adalah batuk pilke. Pada  beberapa  anak  dengan  penyakit  infeksi  ini  dapat  berkembang  menjadi pneumonia   yang   sering   kali   disertai   oleh penyakit   diare   atau   malaria.

Kematian balita dengan pneumonia berat, terutama disebabkan karena infeksi bakteria. Bakteri penyebab pneumonia tersering adalah Haemophilus influenzae (20%) dan Streptococcus pneumoniae (50%). Bakteri penyebab lain adalah staphylococcus aureaus dan Klebsiella pneumoniae.

Sedangkan virus yang sering menjadi penyebab pneumonia adalah respiratory synctial virus (RSV) dan influenza. Jamur yang biasanya ditemukan debagai penyebab pneumonia pada anak dengan AIDS adalah Pneumocystis jiroveci (PCP). PCP merupakan 1 dari 4 kematian bayi dengan HIV positif disertai pneumonia.

Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang menyerang saluran pernafasan.

Pengelompokan atau klasifikasi pneumonia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok umur kurang dari 2 bulan dan kelompok umur 2 bulan sampai dengan kurang dari 5 tahun. Untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan, dikelompokkan atas bukan pneumonia dan pneumonia berat. Kelompok umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun, diklasifikasikan atas bukan pneumonia, pneumonia, dan pneumonia berat.

Pneumonia berat pada anak umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun dilihat dari adanya kesulitan bernafas dan atau tarikan dada bagian bawah ke dalam, sedangkan pada anak umur kurang dari 2 bulan diikuti dengan adanya nafas cepat dan/atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.

Pneumonia adalah penyebab tunggal terbesar kematian pada balita di seluruh dunia. Masa lima tahun pertama kehidupan anak (balita), merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai “masa keemasan” (golden period), “jendela kesempatan” (window of opportunity) dan “masa kritis” (critical period). Anak balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan terhadap penyakit. Anak balita harus mendapatkan perlindungan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan menjadi terganggu atau bahkan dapat menimbulkan kematian.

Menurut Departemen Kesehatan RI , secara umum ada 3 (tiga) faktor risiko terjadinya Pneumonia yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak, serta faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi pencemaran udara dalam rumah, kondisi fisik rumah, dan kepadatan hunian rumah. Faktor individu anak meliputi umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A, dan status imunisasi. Sedangkan faktor perilaku berhubungan dengan pencegahan dan penanggulangan penyakit   Pneumonia  pada  bayi   dan   balita   dalam   hal   ini   adalah   praktek penanganan Pneumonia di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga lainnya.

Pencemaran udara dalam rumah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain, bahan bangunan (misal; asbes), struktur bangunan (misal; ventilasi), bahan pelapis untuk  furniture  serta  interior  (pada  pelarut  organiknya),  kepadatan  hunian, kualitas  udara  luar rumah  (ambient  air  quality),  radiasi  dari  Radon  (Rd),formaldehid, debu, dan kelembaban yang berlebihan. Selain itu, kualitas udara juga dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah seperti dalam hal penggunaan energi tidak ramah lingkungan, penggunaan sumber energi yang relatif murah seperti batubara dan biomasa (kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu pertanian), perilaku merokok dalam rumah, penggunaan pestisida, penggunaan bahan kimia pembersih, dan kosmetika. Bahan-bahan kimia tersebut dapat mengeluarkan polutan yang dapat bertahan dalam rumah untuk jangka waktu yang cukup lama

Leave a comments

error: Content is protected !!