Blog - October 31, 2024

Budidaya Gaharu Yang Semakin Diminati

Pohon gaharu memiliki potensi yang sangat besar, terutama dari sisi ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Produk gaharu memiliki permintaan tinggi di pasar internasional, khususnya di Timur Tengah, Asia Timur (seperti Tiongkok, Jepang, Korea), dan sebagian Eropa.

Kebutuhan ini terutama untuk produk minyak dan kayu gaharu yang digunakan dalam aromaterapi dan parfum mewah. Aroma khas yang dimiliki oleh kayu gaharu membuat pohon ini kerap digunakan oleh masyarakat Timur Tengah, seperti Saudi Arabia, Yaman, Mesir, Oman, dan negara lainnya sebagai bahan untuk pengharum tubuh atau ruangan.

Budidaya Gaharu Yang Semakin Diminatisumber gambar canvapro awalpermata

Selain itu, kayu gaharu juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan lilin aromaterapi karena dinilai memiliki efek yang menenangkan dan mampu menghilangkan stres. Pengembangan gaharu yang berkelanjutan mencakup budidaya yang ramah lingkungan dan memperhatikan kelestarian ekosistem.

Penebangan liar gaharu adalah ancaman yang serius, sehingga budidaya yang terkontrol dan berkelanjutan menjadi alternatif penting untuk mencegah eksploitasi berlebihan.

Gaharu Memiliki Nilai Komoditas Tinggi

Gaharu dikenal sebagai salah satu komoditas kayu dengan nilai jual tinggi karena resin aromatiknya yang digunakan untuk parfum, minyak wangi, obat-obatan tradisional, dan upacara keagamaan. Nilai jual gaharu kelas terbaik bisa mencapai ratusan juta rupiah per kilogram, tergantung kualitas dan jenisnya.

Budidaya Gaharu Yang Semakin Diminatisumber gambar mongabay

Secara tradisional, gaharu sudah lama digunakan dalam pengobatan. Minyak gaharu dipercaya memiliki efek antioksidan, anti-inflamasi, dan antibakteri. Karena khasiat tersebut, produk gaharu banyak dimanfaatkan dalam dunia medis, termasuk sebagai bahan dalam produk perawatan kulit alami.

Selain kayu dan minyak, gaharu menghasilkan produk turunan lain seperti teh gaharu, serbuk gaharu untuk dupa, hingga kosmetik berbasis gaharu. Diversifikasi ini meningkatkan potensi komersial dan akses pasar gaharu.

Forum Petani Pecinta Gaharu

Budidaya gaharu semakin diminati sebagai investasi jangka panjang, mengingat tingginya permintaan dan margin keuntungannya. Teknologi inokulasi saat ini memungkinkan resin gaharu terbentuk lebih cepat, mempercepat waktu panen dan meningkatkan produktivitas tanpa harus menunggu pohon tumbuh puluhan tahun.

Maharani, 34 tahun, penduduk Masbagik, Lombok Timur ini menggantungkan harapannya pada pohon gaharu. Keprihatinannya menyaksikan Nusa Tenggara Barat (NTB) yang begitu kering dan tandus, membuatnya bekerja keras untuk mengajak masyarakat beramai-ramai menanam pohon gaharu di pekarangan rumah.

Budidaya Gaharu Yang Semakin Diminatisumber gambar SATU Indonesia Awards

Pohon gaharu (Gyrinops versteegii) merupakan pohon yang selama ini tumbuh liar di hutan-hutan NTB. Namun banyak orang yang memburu pohon ini di hutan karena kandungan gubal atau lapisan kayu hitam yang bisa dijual dengan harga Rp 5 – 40 juta per kilogram.

Tahun 2009, ia mengumpulkan 50 pemilik pohon gaharu dan membentuk Forum Petani Pencinta Gaharu di NTB, kini anggotanya sudah mencapai 200 orang.

Kelompok ini menjadi wadah pertukaran dan penyebaran informasi tentang tanaman gaharu. “Mengubah mindset masyarakat, menjadi tantangannya,” terangnya.

Melibatkan Petani Lokal Dalam Budidaya Gaharu

Petani gaharu memegang peran penting dalam rantai produksi gaharu, dari budidaya hingga pengolahan resin. Peran mereka sangat krusial, terutama dalam menjaga keberlanjutan tanaman gaharu dan memenuhi permintaan pasar yang tinggi.

Budidaya Gaharu Yang Semakin Diminatisumber gambar mongabay

Maharani mengubah maindset para masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidup mereka dan membuka peluang ekonomi di daerah pedesaan. Pelatihan mengenai teknik budidaya dan inokulasi yang tepat, serta akses pasar, dapat membantu para petani menjadi produsen gaharu yang kompetitif.

Hingga kini, Maharani bersama teman-temannya telah menanam gaharu di Lombok Utara 350 hektar, Lombok Barat 200 hektar, Lombok Tengah 100 hektar, dan Pulau Sumbawa sekitar 500 hektar.

Apresiasi SATU Indonesia Awards

Penananam gaharu yang dilakukan ada secara mandiri, dukungan pemerintah dan juga ada dari tanggung jawab sosial perusahaan. Pengembangan gaharu memerlukan pendekatan menyeluruh yang mencakup berbagai aspek, dari budidaya hingga pemanfaatan produk turunan. Dalam setiap penanaman ini, Maharani juga mengajari petani skema bisnis. Memberikan akses ke pasar, dan melatih untuk pengembangan produk olahan.

Budidaya Gaharu Yang Semakin Diminatisumber gambar SATU Indonesia Awards

Potensi gaharu yang di budidaya bersama petani lokal yang mengantarkan Maharani memperoleh apresiasi SATU Indonesia Awards pada tahun 2014. Pengembangan pohon gaharu dengan budidaya yang baik dan teknik pengolahan inovatif bisa membuka peluang besar bagi ekonomi lokal dan berkontribusi pada ekspor komoditas Indonesia.

Leave a comments

error: Content is protected !!