Ketika kita mendengar tentang segala sesuatu tentang penyakit pasti akan membuat kita bertanya tentang apakah penyakit itu, apakah menular atau tidaknya dan bagaimana cara pencegahannya dan bagaimana perspektif dalam pandangan agama tentang penyakit tersebut apalagi penyakit yang akan dibahas di ruang publik KBR yang dipersembahkan oleh NLR Indonesia kali ini adalah tentang perspektif kusta berdasarkan agama dengan narasumber yang kompeten di bidangnya.
Sebelumnya mari kita cari tahu terlebih dahulu tentang apa itu kusta. Penyakit kusta atau leprosy merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit dan jaringan saraf perifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung.
sumber gambar dokumen pribadi awalpermata
Kusta pernah ditakuti sebagai sebagai salah satu penyakit yang sangat menular dan dapat menimbulkan masalah yang parah. Namun, sekarang ini diketahui jika penyakit ini tidak mudah menyebar dan pengobatan yang dilakukan dapat sangat efektif untuk mengatasinya.
Penularan kusta bisa melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan seseorang yang mengidapnya.ย Di samping itu, kusta juga bisa ditularkan lewat inhalasi alias menghirup udara saat pengidapnya bersin atau batuk. Alasannya bakteri penyebab kusta dapat hidup beberapa hari dalam bentuk droplet di udara. Namun, sebenarnya penyakit kusta bukanlah penyakit yang mudah untuk menular.
Perlu diketahui jika penyakit ini memerlukan waktu inkubasi yang cukup lama, antara 40 hari sampai 40 tahun. Rata-rata seseorang yang terserang bakteri ini membutuhkan 3-5 tahun setelah tertular sampai timbulnya gejala.
Muhammad Iqbal Syauqi, Dokter Umum RSI Aisyiyah Malang dan Kontributor Islami.co mengatakan bahwa kusta merupakan penyakit yang ditakuti di masa Nabi Muhammad SAW, Penyakit kusta atau lepra pernah menjadi wabah zaman nabi. Seseorang yang mengidap penyakit kusta, kondisi fisik kulitnya akan mengkerut.
sumber gambar dokumen pribadi awalpermata
Bakteri menggerogoti bagian-bagian tubuh hingga berubah bentuk. Penyakit ini menular melalui cairan yang keluar dari hidung si penderita. Pada saat itu penderita kusta di diskriminasi akibat ketidaktahuan, namun Nabi Muhammad tidak mendeskriminasi penderi kusta.
Wabah penyakit ini diriwayatkan dalam hadits, โDari Anas Ibn Malik bahwa Nabi SAW pernah berdoa dengan:)
ุงููููููู ูู ุฅูููู ุฃูุนููุฐู ุจููู ู ููู ุงูุจูุฑูุตูุ ูุงูุฌููููููุ ูุงูุฌูุฐูุงู ูุ ููุณููููุฆู ุงูุฃุณูููุงู ู
Allฤhumma innฤซ aโลซdzu bika minal barashi, wal junลซni, wal judzฤmi, wa sayyiโil asqฤmi.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila, kusta, dan dari penyakit buruk lainnya.โ (HR. Abu Dawud).
Saat itu Rasulullah mengatasi wabah kusta dengan menghindari penyebabnya, atau menjaga jarak fisik dengan penderita. Hal ini dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Bukhari,ย โJika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.โ
Rasulullah tidak mengajarkan pandangan negatif dan perlakuan diskriminatif pada penderita kusta, namun untuk mencegah penyebaran memang diperlukan untuk menghindari penularan. Bahkan Nabi Muhammad disebutkan pernah makan bersama dengan penderita kusta Imam at-Tirmidzi meriwayatkan
ย ุฃูููู ุฑูุณููููู ุงููู: ุฃูุฎูุฐู ุจูููุฏู ู ูุฌูุฐูููู ู ููุฃูุฏูุฎููููู ู ูุนููู ูููู ุงููููุตูุนูุฉู ุซูู ูู ููุงูู ูููู ุจูุงุณูู ู ุงูููู ุซูููุฉู ุจูุงูููู ููุชูููููููู ุนูููู ุงูููู
“Sesungguhnya Rasulullah saw. memegang tangan seorang penderita kusta, kemudian memasukannya bersama tangan Beliau ke dalam piring. Kemudian Beliau mengatakan: “makanlah dengan nama Allah, dengan percaya serta tawakal kepada-Nya” (HR at-Turmudzi).
Pdt (Emeritus) Corinus Leunufna, Pendeta dan OYPMK mengatakan beliau adalah orang yang sembuh dari penyakit kusta, gejala awal yang beliau rasakan adalah pernah merasa mati rasa kemudian beliau langsung menyegerakan untuk memeriksa kondisinya ke puskesmas, setelah dilakukan pemeriksaan beliau terdiagnosa terkena penyakit kusta, inilah yang menjadi titik awal Pdt (Emeritus) Corinus Lunufna akan tugas untuk melakukan pelayanan dan tentunya beliau rutin meminum obat selama satu tahun penuh.
sumber gambar dokumen pribadi awalpermata
Pdt (Emeritus) Corinus Leunufna mengatakan bahwa kusta di sebutkan sebanyak 23 kali dalam alkitab (perjanjian lama dan perjanjian baru) yang menyebutkan bahwa kusta adalah kutukan tuhan dan dihindari karena pada saat itu masih belum mengenal medis seperti sekarang ini, beliau menyebutkan saat itu kusta merupakan kutukan tuhan, sehingga penderitanya harus mohon ampunan, dan jika sudah sembuh tidak dapat langsung ke masyarakat, penderita yang sudah sembuh diwajibkan melakukan upacara persembahan dan mendatangi para imam.
Ketidaktahuan pada saat itu akan obat dan cara pengobatan mengakibatkan para penderita kusta ini mengalami dekriminasi bahkan kematian karena ketidaktahuan, namun dengan berjalannya waktu dan pesatnya perkembangan teknologi membuat para penderita kusta memiliki harapan untuk sembuh asalkan langsung memeriksa kondisi kesehatannya sesegera mungkin, agar tindakan pengobatan segera dilakukan dan memilimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.
Perspektif agama tentang kusta sesungguhnya mengajarkan kepada kita agar selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan dimana kita tinggal dan bekerja karena dengan menjaga diri serta menjaga kebersihan akan membuat kita terhindar dari penyakit yang menular, dan jangan lupa untuk berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, karena dengan berdoa dan bermunajat penuh pengaharapan akan membuat fikiran kita menjadi tenang dalam menjalankan segala susuatu.
Leave a comments